Kali ini saya kedatangan seorang remaja bersama ibunya. Remaja ini seharusnya sudah masuk kuliah semester tiga namun karena keluhan cemas yang dideritanya membuat dia menunda kuliahnya. Keluhannya tergolong unik sekaligus sulit.
Remaja ini menyampaikan bahwa dia merasa cemas berlebihan dengan hal-hal yang berkaitan dengan agama. Ketika dia sholat, yang terlintas di pikirannya adalah dia menyembah jin, syetan dan sejenisnya. Saat berjalan, dia sering mengulang-ulang langkahnya lantaran merasa lupa menyebut nama Tuhan di setiap langkahnya. Dia menyakini bahwa perbuatannya tidak diterima Tuhan karena tidak menyebut nama Tuhan di setiap langkahnya.
Ketakutan dan rasa berdosa selalu menghantuinya. Keinginan untuk tekun menjalankan agama justru membuatnya tersiksa. Akhirnya, dia memilih meninggalkan kewajiban ibadahnya. Ini terkesan mengada-ada.
Saya terus menggali informasi darinya. Beberapa keterangannya membuat saya lebih memahami dan memudahkan proses hipnoterapi. Sebelum mengalami cemas berlebihan ini, dia mengatakan sangat terobsesi menjadi seorang “pemimpin umat”. Pemikiran ini muncul setelah dia membaca poster di masjid tentang yang menjelaskan tentang perjalanan di mulainya kehidupan manusia hingga akhir zaman dan akhirat nanti.
Dalam poster itu dijelaskan di akhir zaman nanti akan muncul dajjal, saat itu akan hadir seorang penyelamat yaitu Imam Mahdi. Sosok Imam Mahdi inilah yang menjadi obsesinya. Sejak itu dia sangat rajin belajar agama melalui internet maupun bacaan-bacaan lainnya. Sayangnya, tidak ada yang membimbingnya secara langsung sehingga dia membuat kesimpulan-kesimpulan sendiri tentang yang dipahaminya dan belum tentu benar.
Setelah saya rasa cukup informasinya, saya mulai melakukan proses hipnoterapi. Selama sesi hipnoterapi, banyak emosinya yang keluar diikuti tangisan. Lalu, muncul satu emosi yang dominan yaitu rasa takut dibayang-bayangi rasa berdosa. Saya butuh waktu untuk membantunya mengatasi emosi tersebut sampai nyaman.
Pengalaman sesi hipnoterapi dengan remaja ini sangat mengesankan. Sesuatu yang relijius bisa berujung masalah jika tidak dijalankan dengan baik. Kesalahan bisa terjadi karena tidak ada yang membimbing atau juga terlalu menghayati secara emosional sesuatu yang berkaitan dengan dosa atau hukuman. Bukan informasi dosa atau hukuman itu yang salah, cara memaknainyalah yang kadang salah atau terlalu emosional yang akhirnya jadi masalah.