Dengan metode ini, seorang psikolog bernama Dr. Hew Len pernah membantu menyembuhkan sebangsal penuh narapida yang sakit jiwa-tanpa pernah melihat seorang pun dari mereka secara profesional.
Ada kalimat menarik dalam buku ini yang sangat menggugah dan membuat saya semakin sadar, kalimat itu berbunyi;
“…saya meminta setiap orang membuat daftar semua cara yang mereka ketahui untuk mewujudkan atau menarik sesuatu dalam kehidupan mereka. Mereka menyebutkan hal-hal seperti afirmasi, visualisasi, keinginan, metode kesadaran jasmani, merasakan hasil akhir, Teknik Kebebasan Emosi (TKE) atau membuka jalan, dan banyak, banyak lagi. Setelah sebuah kelompok menginventarisasi setiap cara yang dapat mereka ajukan untuk menciptakan realitas mereka sendiri, saya bertanya kepada mereka apakah cara-cara itu senantiasa bekerja, tanpa perkecualian.Semua orang sepakat bahwa cara-cara itu tidak selalu berhasil.
“Baiklah, kenapa tidak?” tanya saya kepada mereka.
Tak seorang pun dapat mengatakannya secara pasti.
Kemudian, saya membenturkan kelompok itu dengan oservasi saya:
“Semua cara itu memiliki batasan,” saya menjelaskan. “Semua itu adalah mainan yang dimainkan pikiran Anda untuk tetap membuat Anda berpikir bahwa Anda-lah yang memegang kendali. Yang benar adalah Anda tidak memegang kendali dan keajaiban nyata datang saat Anda melepaskan mainan-mainan itu serta memercayai sebuah tempat dalam diri ANda di mana ada perbatasan nol.”Kemudian, saya mengatakan kepada mereka bahwa tempat di mana Anda ingin berada dalam kehidupan ada di balik semua mainan itu, yang ada di balik celotehan pikiran bersama apa yang kita sebut Sang Ilahi.”
Seperti saya, mungkin teman-teman juga telah berusaha berbagai cara untuk mewujudkan keinginan dan impian. Salah satu pesan dari buku ini adalah berhentilah untuk terus berusaha “memegang kendali”, sebaliknya percayakanlah kepada Sang Ilahi untuk memegang kendali kehidupan Anda.
Pertanyaannya, bagaimana agar kita bisa mengubah kebiasaan ingin terus “memegang kendali” menjadi bisa ikhlas menerima Sang Ilahi sebagai pemegang kendali ?
Caranya adalah dengan menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran hadirnya Tuhan dalam kehidupan kita. Tentu saja kita bisa melakukannya dengan pendekatan agama atau kepercayaan kita masing-masing. Kemudian, dari kesadaran ini kita berusaha sebaik dan semaksimal mungkin dalam meraih yang kita ingin dan impikan dalam hidup.