Awalnya saya minta dia untuk datang ke tempat saya untuk mengambil brosur pelatihan dan titip agar di tempel di kampusnya. Ternyata dia pun memang ada perlu untuk ketemu saya. Belakangan kami memang sering diskusi dan bertukar pikiran. Jika dipikir-pikir, dulu waktu kecil kami sering berantem. Ya, namanya juga masih anak-anak. “Jika waktu kecil sering berantem, biasanya jadi akrab waktu gedenya,” kata teman saya, ” itu karena, berantem membuat saling mengenal dan memahami dan, masa-masa saling jahil adalah sesuatu yang indah untuk diceritakan kini “.
Dia bersama teman kerjanya menceritakan kondisi pekerjaan mereka. Ada beberapa masalah yang perlu diselesaikan. Tentu bukan soal teknis pekerjaan yang mereka sampaikan, tapi permasalah yang menyangkut manajemen dan hubungan personal. Dari cerita mereka, sayapun menanyakan beberapa hal. Akhirnya mereka sepertinya mulai memahami masalah utama di tempat kerjanya yaitu, masalah komunikasi antara pimpinan dan karyawan. Mereka sepakat untuk mengubah pendekatan komunikasi mereka dengan pimpinan untuk memperbaiki keadaan.
Kemudian, adik saya menceritakan nasehat seorang temannya. ” Apa kamu mau kerja begini terus?,” kata temannya, ” jika mau berkembang, janganlah terkungkung dengan bidangmu saja, cobalah yang lain”. Nasehat ini membuat adik saya gusar dengan profesi dan bidang yang ditekuni kini. Padahal beberapa bulan yang lalu ia begitu semangat karena mulai mendapatkan order job dari teman-teman kuliah maupun relasinya.
Dia menceritakan lagi bahwa temannya adalah orang teknik yang nyemplung ke bisnis di luar bidangnya. Bisnis tebu, gula dan kini jualan nanas adalah bisnis yang ditekuni temannya ini. Lalu, saya pun menanyakan, sebenarnya apa yang ingin disampaikan oleh temannya? Jangan-jangan ia sedang bingung bidang apa yang ingin ditekuni atau bingung apa yang sedang dicari.
Saya pun menyampaikan, mungkin yang ingin disampaikan temannya adalah bagaimana biar jadi kaya dan bisa mendapatkan penghasilan tanpa keterlibatan penuh dalam bisnis atau pekerjaan. Adik saya dan temannya tercengang mendengar penjelasan saya. Mereka sepakat, bukan bidang teknik yang tidak prospek tapi lebih kepada membangun mindset bisnis dan jadi kaya. Karena, bidang apapun selalu ada yang sukses dan gagal tergantung bagaimana menjalankannya.
Hal ini pun pernah saya alami dan kadang-kadang masih sering hadir mengusik, bingung menentukan pilihan bidang yang ingin ditekuni. Memang tidak mudah membuat pilihan diantara pemikiran orang lain. Terlebih di saat bidang yang kita tekuni belum banyak menghasilkan, godaan untuk mengikuti tawaran orang lain bisa sangat membebani.
Sayapun teringat dengan mind map yang dipopulerkan oleh Tony Buzan. Setiap ide menumbuhkan cabang-cabangnya dalam pikiran. Tentu bagus jika satu ide kita kembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah produk yang apik. Namun jika idenya banyak, bisa dibayangkan betapa ruwetnya pikiran kita dengan cabang-cabang yang tumbuh dari setiap ide tersebut. Akibatnya, kita kehilangan fokus dan mulai ragu seperti yang dialami adik saya.
Ada kata-kata bijak yang mengatakan, satu ide yang dikerjakan jauh lebih baik ketimbang banyak ide tapi tak dikerjakan. Ketika mengerjakan satu ide, maka cabang-cabangnya pun bertumbuh memudahkan kita menyelesaikan ide utamanya. Sementara kebanyakan ide, maka satu ide belum mantab cabang-cabangnya sudah di recoki oleh cabang-cabang dari ide lain. Betapa semrawut pikiran kita.
Memahami hal ini memudahkan kita dalam membuat satu pilihan (ide), lalu mengembangkannya (cabang-cabang) agar berhasil. Tidak hanya dalam hal profesi maupun bisnis, tapi juga dalam sendi kehidupan lain. Mantabkan pilihan Anda (ide), lalu kembangkan (cabang-cabangnya) sampai berhasil. Jangan terkecoh dengan orang lain, boleh jadi ia masih bingung dengan pilihannya sendiri. Jadi, tetaplah fokus.