Biasanya seseorang datang kepada hipnoterapis untuk meminta bantuan mengatasi permasalahannya. Mereka percaya hipnoterapis mampu melakukannya dan memiliki sumber daya – seperti obat dokter untuk diminumnya.Padahal, bukan begitu kenyataannya. Klienlah yang memiliki sumber dayanya . Hipnoterapis berperan membimbing klien menemukan dan menggunakan sumber daya dalam dirinya untuk mengatasi masalahnya.
Saya teringat mendiang Milton H. Erickson, seorang legenda hipnoterapis modern yang sangat terkenal dengan kejelian pengamatannya dan fleksibilitasnya dalam menghipnoterapi. Dalam sebuah sesinya Erickson mengisahkan sebuah metafora proses terapi seperti berikut:
Suatu hari dalam perjalanan pulang dari sekolah, saya melihat seekor kuda tersesat yang kelihatannya sangat kehausan dan sedang mencari air minum. Mungkin si pemilik tidak menyadari kalau salah seekor kudanya terpisah dari rombongannya. Lalu saya naik ke pelananya, pegang tali kendalinya dan berseru, “Giddy Up!” sambil mengarahkannya ke jalan raya. Saya yakin kuda ini akan berjalan ke arah yang tepat, meski saya tidak tahu kemana persisnya.
Kuda itu melaju dengan cepat. Kadang ia berjalan melenceng ke sawah, tugas sayalah untuk mengarahkannya ke jalan di mana SEHARUSNYA ia berjalan.
Dan, akhirnya setelah berjalan empat mil dari pertama kali kuda itu saya temukan, ia berbelok ke sebuah lahan pertanian. Rupanya disitulah tempatnya.
Pemiliknya keluar dan berujar, “Ah, jadi BEGINILAH caranya si manis pulang. Anak muda, di mana kamu menemukannya?” Saya menjawab, “Kira-kira empat mil dari sini.” “Bagaimana kamu tahu bahwa kuda ini di sini TEMPATNYA?” Saya menjawab, “Saya tidak tahu. KUDA ini yang tahu. Yang saya lakukan hanya mengarahkannya ke jalan.”
Saya kira beginilah seharusnya sesi terapi dijalankan.
Cerita di atas sering saya sampaikan kepada klien sebelum masuk sesi hipnoterapi. Saya sepakat dengan pendapat Erickson. Beginilah seharusnya terapi dijalankan. Lebih jauh, Erickson memberi contoh lain:
Di sebuah seminar, seorang pemuda mendekati dan meminta tolong pada saya, “Bibiku tinggal di Milwaukee. Ia kaya raya, taat beribadah, tapi tidak suka pada ibuku. Ibuku juga tidak menyukainya. Bibi punya pembantu yang setiap pagi datang untuk mengurus rumah, mencuci, menyetrika, dan memasak.
“Dia tinggal sendirian di rumahnya yang besar. Dia rajin ke gereja tapi tidak memiliki teman. Setiap ia pergi ke gereja, pulangnya selalu ngeloyor diam-diam. Sudah sembilan bulan ini ia mengalami depresi berat. Aku mengkhawatirkannya.
“Mohon Anda mampir ke rumahnya dan melakukan sesuatu untuknya. Cuma aku satu-satunya kerabat yang dipercayainya.”
Jadi, kita berhadapan dengan kasus seorang wanita kaya yang depresi. Saya memperkenalkan diri secara panjang lebar… lalu meminta ijin untuk berkeliling di rumahnya. Selama berkeliling saya memperhatikannya sebagai wanita kaya yang hidup sendiri, nganggur, ke gereja namun tidak mau bertemu dengan siapa pun, lalu pulang secara diam-diam.Saya terus berkeliling ruang demi ruang… sampai saya melihat 3 anggrek ungu Afrika yang baru saja mekar di potnya. Akhirnya saya tahu apa yang mesti saya lakukan dan terapi seperti apa yang cocok untuknya.
Saya berkata padanya, “Saya ingin Anda membeli setiap anggrek ungu Afrika yang Anda temui… Semuanya harus jadi milik Anda. Saya juga ingin Anda membeli beberapa ratus pot bunga dan menyemai tunas anggrek seperti yang Anda lakukan terhadap ketiga anggrek Anda itu.
“Segera sesudah tunas itu berakar cukup kuat, untuk setiap informasi mengenai kelahiran bayi kirimkan sebuah anggrek. Kalau mendengar ada pertunangan, perkawinan, atau kematian, kirimkan juga anggrek Anda. Kalau ada bazaar, ikutkan anggrek Anda untuk dipamerkan.”
Sampai suatu saat anggrek ungu Afrikanya telah mencapai dua ratus pot. Karena harus merawat dua ratus tanaman, ia menjadi sibuk memotong dan membersihkannya. Akhirnya ia menjadi ‘Ratu Anggrek’ di Milwaukee dengan ratusan teman barunya itu.
Semuanya berubah hanya dengan satu kali kunjungan. Saya hanya menunjuk ke arah yang tepat dan berkata: “Giddy Up!” Dan ia melakukan sisa terapinya sendiri.
Itulah yang terpenting dalam terapi. Anda menemukan potensi klien Anda dan kemudian mendorong dia melakukannya. Cepat atau lambat ia akan ‘mahfum’ dengan sendirinya.
Saya sebagaimana juga Erickson, memiliki keyakinan bahwa klien dapat melakukan perubahan-ia memiliki sumber dayanya, kredit poin harus diberikan kepada klien. Peran hipnoterapis hanya membantu mengarahkan pada kondisi yang tepat, dan dari situ klien dapat mempelajari sesuatu, dan melakukan perubahan. Setiap perubahan yang terjadi adalah upaya si klien sendiri.
- Anda ingin mengerti lebih jauh tentang hipnoterapi silakan baca artikel : Apa Itu Hipnoterapi?
- Anda membutuhkan sesi hipnoterapi bisa hubungi: Hipnoterapi Mahmudi BM
*Sumber : NLP in Action, RH. Wiwoho