Bagi saya ini adalah tantangan tersendiri mengingat peserta saya kali ini sudah berpengalaman dalam dunia hypnosis. Meski begitu saya yakin bisa membantu beliau. Hal ini juga mengingatkan saya pada seorang teman yang sudah beberapa kali belajar EFT, namun tak kunjung berhasil mempraktekkannya. Alhamdulillah, saya berhasil membantunya menguasai EFT dan sekarang sudah beberapa klien berhasil dibantunya.
Training private hypnosis sungguh menarik, sekaligus membuat saya berpikir dalam. Apa yang akan saya berikan dan bagaimana membuat peserta ini bisa melakukan hypnosis serta sesuai yang diharapkan. Biasanya, saat ingin memberikan pelatihan, saya menyusun materi secara terperinci sebelum pelaksanaan. Kali ini berbeda, materi terperinci saya susun setelah training berlangsung saja. Saya hanya menyusun seperlunya saja. Tujuannya adalah agar saya lebih bisa menyesuaikan dengan kemampuan dan kemauan peserta.
Saat training dimulai, saya menawarkan kesepakatan apa saja yang akan dipelajari dan dipraktekkan. Kami menyepakati, saya memberikan contoh beberapa teknik dulu, kemudian penjelasan, praktek, terapi mental block dan penjelasan.
Saya pun mulai memberi praktek beberapa teknik dan beliau sangat antusias sambil merasa tercengang karena berbeda dengan yang beliau dapatkan sebelumnya. Oh ya, saya menggunakan pendekatan Ericksonian Hypnosis. Saya senang melihat ekspresinya.
Setelah itu, saya pun memberikan penjelasan mengenai praktek yang baru saja saya lakukan. Beberapa pertanyaan beliau sampaikan dan saya pun menjawabnya sesuai kemampuan. Beliau juga bercerita panjang lebar mengenai hypnosis dan hubungannya dengan dunia sales. Menurutnya, kemampuan komunikasi sangatlah penting bagi seorang sales. Selain itu, membangun mental yang kuat sangatlah dibutuhkan karena tanpanya, seorang sales akan mati kutu di depan costumernya sendiri.
Kami pun istirahat dulu, jam menunjukkan sudah jam 1 siang. Kami makan dan sambil meneruskan diskusi tentang hypnosis dan dunia sales. Kemudian, usai makan, kami pun melaksanakan sholat dzuhur.
Usai sholat, training pun dilanjutkan kembali. Sesuai kesepakatan, beliau akan praktek apa yang sudah saya contohkan. Beliaupun dengan sedikit tegang mulai menghipnosis suyet. Saya perhatikan saja sambil mengamati kesalahannya. Beliau tampak sibuk dengan skrip hypnosisnya ketimbang melihat suyet, sehingga tidak mengetahui apakah hypnosisnya mulai masuk atau tidak.
Saya pun menghentikan prakteknya, saya jelaskan bahwa beliau terlalu sibuk dengan diri sendiri dan tidak memperhatikan suyet. Saya meminta beliau melakukannya dengan lebih tenang dan memperhatikan suyet. Kali ini beliau terlihat lebih rileks dan tidak sibuk dengan skrip hypnosisnya. Beliau bisa mengamati perubahan suyet menuju trance. Akhirnya beliau pun berhasil membuat suyet trance.
Perasaan saya begitu lega, target beliau bisa menghipnosis telah tercapai. Bahkan beberapa teknik stage hypnosis juga berhasil dilakukan seperti mengganti nama dan achoring dengan jentikan jari. Nah, pada saat suyet sedang trance (tidur), saya pun bertanya kepada beliau apakah yang menghalanginya untuk melakukan hypnosis. Beliau menjawab, tidak percaya diri. Saya pun gali apa penyebabnya, dan beliau mengatakan bahwa beliau takut salah skripnya.
Oh rupanya selama ini beliau tidak percaya diri melakukan hypnosis karena takut kalau skripnya salah. Lalu, saya pun mengorek lebih lanjut darimana mental block ini berasal. Saya sedikit kaget karena mental block ini berasal dari intruktur hypnosis yang pertama kali mengajarkan hypnosis pada beliau. Ceritanya, saat pertama kali mengikuti pelatihan hypnosis, beliau maju ke depan untuk praktek saat sang intruktur menawarkan siapa yang mau praktek duluan. Nah, saat praktek…tiba-tiba sang intruktur mengatakan, “skripnya salah, tidak begitu”. Mulai saat itu, beliau menjadi tidak percaya diri untuk menghipnotis lantaran takut skripnya salah.
Bagi saya, ini adalah pelajaran yang sangat berharga. Kata-kata yang kita ucapkan bisa memenjarakan mental seseorang. Terlebih jika kita adalah seorang trainer, pimpinan, guru dan juga orang tua, di mana otoritas kita sangat diperhitungkan sehingga perkataan kita sangat menancap dalam pikiran yang mendengarkan. Apalagi dalam pelatihan hypnosis yang semua peserta dalam kondisi trance. Sungguh jika tidak hati-hati, peserta bisa terpenjara oleh kata-kata sang intruktur.
Profesi dan peran apapun yang sedang kita kerjakan, selalu berkata-katalah yang baik. Kita tidak tau, orang yang sedang mendengarkan boleh jadi sedang serius atau sedang menanti jawaban melalui kata-kata kita. Jika tidak tepat, bukannya membantu tapi malah memenjarakan pikirannya. Berkata-katalah yang baik, boleh jadi seseorang sedang membutuhkannya. Salam sukses dan bahagia untuk kita semua.
Excellent publish. I like NLP